Senin, 22 Maret 2010

Perkembangannya Relatif Lambat,Kota Cianjur, Kota Pasar dan PKL

LETAKNYA memang sangat strategis. Karena berada dan dilintasi jalan protokol Jakarta-Bandung. Tapi dibandingkan kota-kota tetangganya, sebutlah Kota Sukabumi, perkembangan Kota Cianjur, Jawa Barat, tampaknya relatif lambat.

“Tak banyak berubah,” kata seorang teman yang pulang kandang setelah belasan tahun merantau di kota lain. “Kecuali, kian seringnya terjadi kemacetan arus lalu-lintas, bertambahnya pasar dan kian bertumpuknya pedagang kaki lima (PKL) di ruas-ruas jalan di pusat kota.”

Belasan tahun lalu, katanya lagi, di trotoar sepanjang Jl.HOS Cokroaminoto dan Mangunsarkoro, disiang hari kita bisa berlari-lari. Sekarang untuk bisa jalan kaki saja susah, karena trotoar dipenuhi PKL.


Hal itu, di satu sisi menggambarkan mobilitas masyarakat dan aktivitas perekonomian di Kota Cianjur relatif meningkat dalam dua dasa warsa terakhir. Bahkan boleh jadi telah menjadi tujuan para pedagang musiman (PKL) dari daerah lain. Tapi di sisi lain luas kota relatif tidak bertambah. Tempat-tempat yang sekarang terbilang ramai merupakan tempat-tempat yang sejak lama sudah ramai. Seperti Muka, Joglo dan di sepanjang Jl.HOS Cokoroaminoto dan Mangunsarkoro.

Yang membedakannya dengan dulu, barangkali, adanya beberapa pusat perbelanjaan seperti Ramayana di Pasar Muka, Slamet di Joglo, Tiara di perepatan Sianghay, Hypermartl di Jl.RH.Abdullah Bin Nuh serta belasan minimarket yang tersebar di sejumlah ruas jalan perkotaan.

Begitu juga pasar, masih di tempat lama. Seperti Pasar Muka, Pasar Induk dan Pasar Bojongmeron.Keberadaan tiga pasar ini menjadikan Kota Cianjur sebagai “kota pasar”. Penyebab utamanya bukan karena tiga pasar terlalu banyak. Tapi lebih karena semerawutnya pengelolaan pasar tersebut, terutama Pasar Induk dan Pasar Bojongmeron.

Para PKL di sekeliling Pasar Induk misalnya, berjumlah berlipat-ganda dari jumlah kios yang ada, sehingga ruas jalan yang ada di sisi selatan Pasar Induk, pada siang hari hampir tak bisa dilalui mobil, karena jalanan dipenuhi PKL. Bahkan para PKL ini pada pagi hari juga memenuhi sebagian ruas jalan yang selama ini menjadi areal parkir Masjid Agung Cianjur.

Demikian pula Pasar Bojongmeron. Pasar ini “bertambah panjang”, karena para pedagang tumpah-ruah ke sekitar rel kereta api. Tepatnya di sekitar pintu lintasan Cikidang. Di sini, becak, ojek dan angkutan umum lainnya, cari penumpang. Tak heran bila arus lalu-lintas di sekitar Cikidang selalu macet, terutama dari pagi hingga pukul 11.00.

Lantas apa upaya pemkab setempat? Memang Pemkab Cianjur pun tampaknya gatal melihat kondisi kota seperti itu. Tapi tidak mudah melakukan pembenahan, apalagi bila pembenahan itu lebih kepada memindahkan para PKL, atau sekedar mengatur lalu-lintas. Sebab akar masalahnya adalah luas kota yang tidak sebanding dengan jumlah kendaraan bermotor, serta menumpuknya pusat-pusat kegiatan ekonomi masyarakat hanya di beberapa titik.

Pemkab Cianjur pun sebetulnya menyadari hal itu. Paling tidak, disaat Kabupaten Cianjur dipimpin Ir.H.Wasidi Swastomo,M.Si (2001-2006) perluasan Kota Cianjur mulai mendapat perhatian lebih serius. Konsepnya Kota Cianjur harus memiliki Ring Road. Untuk antara lain dimulailah pemindahan Terminal Joglo ke Pasirhayam, sekitar tiga kilometer dari pusat kota ke arah selatan, serta dirintisnya pembangunan jalan lintas timur Kota Cianjur.

Relokasi Terminal Joglo itu terbukti cukup mengurangi kesemerawutan lalu-lintas di sekitar Joglo. Karena semua kendaraan dari Cianjur selatan yang semula masuk dan mangkal di Joglo, kini hanya sampai di Terminal Pasirhayam. Sementara eks-lahan Terminal Joglo itu sendiri telah menjadi Taman Kota.

Terbukti pula, kehadiran Terminal Pasirhayam berdampak positif terhadap perkembangan ekonomi masyarakat. Dalam lima tahun terakhir, Pasirhayam yang semula merupakan kawasan “tanpa kehidupan” (mungkin karena dekat dengan pekuburan Cina), kini relatif lebih ramai, sekalipun sebetulnya terminal itu belum berfungsi secara utuh.

Nantinya terminal tersebut akan menjadi salah satu titik temu Ring Road Kota Cianjur. Ring road ini dibangun atas beberapa ruas jalan, sebagian merupakan jalan lama, sebagian jalan baru yang telah berfungsi dan sebagian lagi jalan yang tengah dibangun. Yang disebut terakhir dikenal sebagai ruas jalan Lingkar Timur, yakni dari Terminal Bis Rawabango sampai Terminal Pasirhayam. Pembebasan tanah untuk ruas jalan sepanjang 8 km itu telah selesai, tinggal pembangunan fisik jalan, yang khabarnya akan didanai APBN.

Sedangkan ruas jalan baru yang telah berfungsi (antara lain telah dilalui bis dari Jakarta ke Bandung) yakni ruas Jl.RH.Abdullah Bin Nuh - Rancagoong. Ruas jalan Rancagoong ke Terminal Pasirhayam merupakan jalan lama (Jalan Raya Cianjur-Sukabumi). Di sebelah utara kota, bagian dari ring road itu yakni Jl.Dr.Muwardi, Jl.Raya Bandung hingga Terminal Bis Rawabango.

Di bagian dalam dari ruas-ruas jalan (ring road) itulah pusat Kota Cianjur berada. Sehingga dengan letak kota seperti itu, ibu kota kabupaten yang berpenghuni sekitar 250 ribu jiwa, diharapkan bisa berkembang lebih pesat. Apalagi pemimpin Cianjur sekarang, Drs.H.Tjetjep Muchtar Soleh,MM (2006-2011) telah merencanakan pemindahan Pasar Induk Cianjur dan Bojongmeron juga ke Pasirhayam, tak jauh dari Terminal Pasirhayam. Ini nantinya akan sangat berpengaruh terhadap upaya penataan lalu-lintas perkotaant.

Mungkin dengan semakin tersebarnya pusat-pusat kegiatan masyarakat, penataan di pusat Kota Cianjur bisa relatif lebih mudah, sekalipun memang persoalan kemacetan arus lalu-lintas dan PKL menjadi persoalan klasik semua kota di negeri ini. Tapi paling tidak, dengan bertambah luasnya Kota Cianjur, yang diikuti adanya kebijakan serius dari pemkab setempat untuk membenahinya, Kota Cianjur akan menjadi kota yang nyaman.

6 komentar:

Blogger mengatakan...

waha pertamanya ne mas..
mungkin persoalan tata kota disetiap wilayah hampir memiliki titik yang sama, kendala utama adalah kesemrawutan arus lalu lintas kemudian PKL seperti yang mas sebutkan di atas, perlu usaha dan kerja sama yang baik terhadap semua fihak agar tidak menimbulkan perselisihan dan tidak ada fihak yg merasa dirugikan tentunya
sukses mas!

Unknown mengatakan...

seharusnya pemerintah juga memerhatikan kota ini.

Megan Fox mengatakan...

sumpah, saya harus baca 2 kali untuk ngerti postingan yang ini..tapi keren..

oh ya, yang mau download video artis , KLIK DISINI aja

salam kenal,
Bolehngeblog

ARUS RASYID mengatakan...

He he he...
Sumpah,Kang Dang, saya janji lain kali bikin postingan yang mudah dimngerti...
Trims ya

Megan Fox mengatakan...

ngomong2 mengenai PKL, di Kota bandung tercinta pun pak walikotanya gak punya keberanian untuk mentertibkan PKL...hanya omdo saja di koran2

Bolehngeblog

Unknown mengatakan...

iya ya... pada ngmong ajah semuanya.. memang susah kalo gini.. kita do'akan aja menjadi lebih baik semuanya..

Posting Komentar