Selasa, 11 Mei 2010

Danau Cirata: Wisata atau Budidaya Ikan?

Bagi pemerintah, fungsi utama Danau Cirata, sudah sangat jelas yakni sebagai penyedia energi listrik. Di sana ada PLTA Cirata, yang produknya berupa energi listrik, menyebar ke Tatar Jawa.

Tapi bagi masyarakat dan pemerintah daerah setempat, Danau Cirata yang berada di aliran sungat terbesar di Jawa Barat yakni Sungai Citarum itu, multiguna, antara lain sebagai tempat budidaya ikan air tawar dan pariwisata.

Memang di awal keberadaannya, sekitar 1987, danau yang secara administratif berada di tiga kabupaten, Cianjur, Bandung dan Purwakarta itu, lebih terkenal sebagai obyek wisata baru di Jawa Barat. Saat itu mulai dikenal obyek-obyek wisata seperti Jangari, Kebon Coklat, Nusa Dua (ketiganya di Kecamatan Mande), Maleber (di Kecamatan Cikalongkulon) dan Calincing di Kecamatan Ciranjang.

Para wisatawan, khususnya wisatawan lokal, banyak berkunjung ke tempat-tempat tersebut untuk menikmati keindahan danau. Bahkan mereka bisa berkeliling danau dengan menyewa perahu kayu bermotor.



Namun beberapa tahun kemudian, muncul budidaya ikan dengan sistem jaring apung (japung) -- sistim budidaya ikan seperti ini selanjutnya menyebar ke seluruh Nusantara, sehingga hampir bisa dikatakan di mana ada danau di situ ada jaring apung. Kolam-kolam japung yang berukuran 7x7 meter bermunculan dan berkelompok-kelompok, dan terus tumbuh sehingga saat ini jumlahnya diperkirakan tak kurang dari 50 ribu kolam.

Japung itulah yang selanjutnya lebih populer di Danau Cirata. Apalagi ikan-ikan yang dihasilkan dari budidaya japung itu menyebar hingga ke pulau Sumatera. Dan harus diakui, japunglah yang membuat Danau Cirata hidup selama 24 jam. Bahkan berdampak positif terhadap petani pembenih ikan, khususnya ikan mas, nila, bawal dan patin.

Sekarang, setelah 22 tahun, obyek-obyek wisata di Danau Cirata memang masih cukup terkenal dan masih sering dikunjungi wisatawan lokal. Hanya saja dari sisi kepariwisataan, tak banyak berubah. Kesannya malah dibiarkan menjadi obyek wisata “alamiah” alias dibiarkan apa adanya.

Kalaupun setelah 22 tahun dipandang ada perubahan yang terjadi di tempat-tempat wisata, khususnya di Jangari, Maleber, Kebon Coklat dan Calincing, itu karena memang tempat-tempat tersebut sejak sekitar 10 tahun lalu telah bertambah fungsi. Selain sebagai obyek wisata “pantai”, tempat-tempat itu juga menjadi pelabuhan pendaratan ikan dan bongkar muat pakan.

Lantas, apa sebetulnya yang ingin ditonjolkan dari Danau Cirata? Kepariwisataannya atau budidaya ikannya? Saya sendiri lebih setuju kalau keduanya dikembangkan secara selaras. Sebab baik kepariwisataan maupun budidaya ikan, sama-sama berdampak positif terhadap upaya peningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk warga setempat, yang notabene dulu menjadi “tumbal” pembangunan megaproyek PLTA Cirata.

Masalahnya, budidaya ikan di Danau Cirata bisa dibilang telah berkembang dengan sendirinya, atau lebih tepatnya, berkembang atas dorongan petani japung (saat ini petani japung di Danau Cirata mayoritas merupakan petani japung berdasi). Sedangkan kepariwisataan perlu sentuhan investor yang memang tertarik mengembangkan sebuah obyek wisata.

Kalau investor semacam itu belum ada, saya kira menjadi tanggung jawab pemerintah untuk mengembangkannya. Paling tidak, pemerintah membangun infrastrukturnya lebih dulu, dan membuat konsep yang jelas tentang penataan sebuah obyek wisata, termasuk adanya jaminan bahwa bila obyek wisata itu dikembangkan oleh swasta, takkan muncul priksi antara pengusaha dan warga setempat menyangkut penggunaan lahan dan sebagainya.

Itulah saya kira yang dibutuhkan di Danau Cirata, supaya danau yang luasnya mencapai enam ribu hektar itu, selain menjadi tempat budidaya ikan air tawar sistim japung, juga menjadi obyek wisata yang menarik dan layak dijual.

26 komentar:

Anonim mengatakan...

Tempat budi daya ikan juga ya wew

Blogger mengatakan...

wah kalo begini malah multi guna donk ya mas? yach kalo memang semua bisa disejalankan dan tetep pada aturan yang berlaku mungkin akan lebih baik bukan?
Sukses slalu!

Megan Fox mengatakan...

kalo sebagai tempat budi daya ikan sih sangat setuju..tapi kalo sebagai tempat pariwisata kayaknya kurang menarik deh..

salam kembali
Bolehngeblog

atok mengatakan...

yah lebih baek keduanya berjalan sejalan, yang penting hak rakyat sekitar tidak dibabat

canon powershot digital camera mengatakan...

wew...
pemandangan nya cantik banget...
jadi pengen ksana...
kapan ya???/

Unknown mengatakan...

tempat wisata .... boleh, perikanan boleh.....permesuman.... jangan

orang kampung belajar ngeblog mengatakan...

perikanan bagus, pariwisata juga pasti asyik, kan sudah ada nilai plusnya tuh, kolam ikan, so banyak ikan2 liar yang lepas diseputar danau.. inilah yang bisa buat andalan.. "WISATA MANCING"
..
btw, makasih sobat sudi mampir di blogku.. suatu penghargaan tersendiri disambangin sama orang terkenal dan berprestasi..

Tour, Food, and Health mengatakan...

iya itu, kabarnya cirata cemar juga ya..gimana kualitas ikan dari sana, saya pernah juga ditawarin invest di sana, tapi pikir2 males ah..sumpek gitu...

sas mengatakan...

membaca para komentar, kaya perlu ada inovasi baru dari pemerintah setempat untuk mengoptimalkan potensi yg ada, dan perlu juga kesadaran dari masyarakat setempat untuk peduli terhadap lingkungannya.... eh... so baget aku ya.... salam kenal dari bogor

orang kampung belajar ngeblog mengatakan...

berkunjung kembali nih pak, saya pikir ada artikel terbaru dari bapak, semangat pak, saya tunggu artikel2 berikutnya

munir ardi mengatakan...

indah sekali danaunya pak, saya merasa terhormat dikunjungi penulis hebat seperti anda

Ferdinand mengatakan...

kayanya banyak danau yg tadinya cuma sekedar tempat wisata berubah jadi budidaya ikan....didaerah tempat tinggalku juga ada tuh mas....

Danil Edan mengatakan...

wah pami abi ka cirata atw ka cianjur di suguhannnya

Sungai Awan mengatakan...

Keduanya bisa dipakai ya.ya pariwisata ya bisa tempat budidaya ikan

Unknown mengatakan...

met wiken

mixedfresh mengatakan...

wah jadi pengen ke sana nih, pasti pemandangannya bagus...

indragmilr mengatakan...

multifungsi, kalo sama2 mendapatkan manfaat harus didukung tempat ini, keren keliatannya, blm pnh ksana...

Anonim mengatakan...

sudut pandang yang menarik
keren
salam hangat dari blue

Megan Fox mengatakan...

belum ada postingan yang baru kang ??

Bolehngeblog

Sungai Awan mengatakan...

danau yg indah gan

Belajar Ilmu Komputer mengatakan...

thnks ilmunya sob bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi saya sendiri..
teruslah membuat artikle yang bermanfaat semangat happy blogging..
bila berkenan kita tukeran link yahh..kalau mau comment di bloggku yah.. thnks sebelumnya

inung halaman samping mengatakan...

posisinya bisa diakese dari tol Cipularangkah? emang banyak danau dan waduk PLTA yang pesona wisatanya begitu cantik. Sayang erosi dan pendangkalan membuat mereka seperti cemberut qe3

Anonim mengatakan...

harus dimaksimalkan nih fungsinya

Faisal Hilmi mengatakan...

banyak negara lain yang ngiri dengan Indonesi, tapi seringnya kita mengabaikan anugrah ini

anggar berkawand mengatakan...

wow...
indah nian...

SALAM BERKAWAND ,,,,..

om rame mengatakan...

keduanya bisa saLing mendukung, pada awaLnya dikonsepkan untuk budidaya dengan pembangunan infrastruktur yg bernuansa wisata. sehingga konsep ini bisa digunakan keduanya, disamping itu bisa juga nantinya tempat budidaya tersebut diperuntukan bagi sarana pendidikan. misaLnya bagi anak2 sekoLah yg sebatas pengenaLan saja atau Lbh profesionaL bermanfaat bagi yg ingin beLajar budidaya tersebut.

Posting Komentar