Jumat, 01 Oktober 2010

Jumlah Balonbup/wabup Cianjur Bakal Mengerucut?

Animo masyarakat Cianjur, Jawa Barat, untuk menjadi kepala daerah, bolehlah kita acungi jempol. Lihat saja dalam ajang Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Kabupaten Cianjur yang saat ini tengah dalam proses verifikasi dan pemeriksaan phisik-psikis para bakal calon bupati (balonbup) dan calon wakil bupati (balonwabup) oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) setempat.

Ada delapan pasang balonbup/wabup yang dua pekan lalu mendaftarkan diri ke KPUD. Lima pasangan merupakan balonbup/wabup yang diusung parpol/koalisi parpol dan tiga pasangan lagi merupakan balonbup/wabup dari jalur independen alias non-parpol.

Itu balon-balon yang secara resmi daftar ke KPUD Cianjur. Sebelumnya, lebih banyak lagi warga Cianjur yang berambisi menjadi bupati atau wakilnya. Terlihat dari bertebarannya poster dan baliho mereka, dengan raut wajah yang dibuat seramah dan semenarik mungkin, dengan harapan orang-orang yang melihat poster atau baliho mereka yang terpasang di sudut-sudut kota dan pelosok desa, akan tertarik dan menjatuhkan pilihan kepadanya. Namun dalam perjalanannya kemudian, mereka berguguran, sehingga yang daftar ke KPUD hanya delapan pasang.

Ke delapan pasang itu, seperti dilansir situs Berita Daerah adalah incumbent bupati, Tjetjep Muchtar Soleh yang berpasangan dengan Suranto (Direktur RSUD Cianjur). Tjetjep-Suranto (Cerdas2) diusung Partai Demokrat, karena Tjetjep juga merupakan Pjs.Ketua DPC Partai Demokrat Cianjur.

Berikutnya incumbent wakil bupati, Dadang Supyanto, yang berpasangan dengan RK.Dadan, mantan Ketua DPC PKS dan mantan anggota DPRD setempat. Dadang-Dadan (Dangdan) diusung koalisi PKS, Hanura, Gerinda dan beberapa parpol non-parlemen. Lalu Maskana Sumitra (Sekda Cianjur) yang berpasangan dengan Ade Sanoesi (Asda I Setda Cianjur). Pasangan Maskana-Ade (Maksad) diusung koalisi PPP dan PKB.

Selanjutnya Ade Barkah Surachman (Ketua DPD II Partai Golkar Cianjur, yang juga Wakil Ketua DPRD Cianjur), berpasangan dengan Kusnadi Sundjaja (mantan pejabat Pemkab Cianjur). Pasangan Ade-Kusnadi (Abadi) diusung Partai Golkar. Dan satu lagi pasangan dari parpol adalah Hidayat Makbul (mantan pejabat Pemkab Cianjur) yang berpasangan dengan Deny Sumitra (Asda II Setda Cianjur). Pasangan Hidayat-Deny Sumitra (Hamas) diusung PDIP yang berkoalisi dengan beberapa parpol non-parlemen.

Dari jalur non-parpol terdaftar tiga pasangan, masing-masing Mardiyano-Rusli Hartono (Marilih), Rudy Yacob-Megahary Pudjiharto (Ridho) dan Hidayat Athori-Suherlan (Hidayah). Dari nama-nama balonbup/wabup independen ini, dua orang merupakan mantan pejabat Pemkab Cianjur, yakni Rusli Hartono dan Hidayat Athori, satu orang pejabat di Pemkab Bandung Barat (Megahary Pudjiharto), satu orang dosen (Rudy Yacob), satu orang pengusaha muda (Mardiyano) dan seorang lagi, yakni Suherlan, adalah birokrat di Dinas Perhutanan, yang juga aktivis lingkungan hidup.

Secara keseluruhan, mereka yang sedang berlomba untuk menduduki kursi bupati/wakil bupati Cianjur periode 2011-2016 itu, mayoritas merupakan para pejabat tinggi lokal dan mantan pejabat di lingkungan Pemkab Cianjur. Mereka rupanya merasa belum maksimal mengabdi kepada rakyat. Sehingga ketika muncul kesempatan pemilukada, mereka tak tinggal diam, segera mencari perahu (parpol) atau menempuh jalur independen denga syarat ada dukungan formal rakyat sekitar 64 ribu tanda-tangan berikut copy KTP-nya. Mereka berharap siapa tahu menang dan melanjutkan pengabdiannya kepada rakyat. Begitu mungkin. Ambisi di balik itu saya tidak tahu.

Yang jelas saja sekarang, para balonbup/wabup itu kini tengah mengikuti verifikasi dan tes kesehatan, baik fisik maupun mental. Mereka pun belum tentu lolos dan menjadi peserta pemilukada. Apalagi bagi pasangan dari jalur non-parpol. Mereka dikhabarkan harus melengkapi jumlah dukungannya, karena dukungan rakyat yang mereka kumpulkan sebelumnya, banyak yang ganda: satu warga memberikan dukungan formal kepada lebih dari satu balon independen.

Kalau hal itu tidak mampu mereka berikan hingga batas waktu tertentu, mereka akan gugur. Begitu juga balon-balon yang diusung parpol, kalau tiba-tiba muncul persoalan serius menimpa mereka, bisa saja mereka pun gugur di tengah jalan.

“Saat ini kami belum bisa memastikan berapa pasangan calon dari delapan pasangan balon itu yang akan mengikuti tahapan berikutnya,” kata Ketua KPUD Cianjur, Unang Margana. Hal itu katanya, baru akan diketahui setelah KPUD menggelar rapat pleno yang dijadwalkan 24 Oktober nanti. Di situ KPUD akan menetapkan para calon bupati/wakil bupati, yang pada Senin, 10 Januari 2011, akan dipilih rakyat secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan adil.

Tapi bagi para balonbup/wabup itu sendiri, hal itu tidak melemahkan semangatnya untuk kampanye terselung. Mereka tetap rajin, bahkan semakin rajin, turun ke masyarakat, menyapa rakyat dengan ramah, bertanya penuh simpatik kepada warga apa-apa kebutuhan-kebutuhannya. Mereka tiba-tiba menjadi orang yang penuh perhatian. Begitulah ketika mereka butuh rakyat. Setelah itu bagaimana? Saya tidak tahu. Karena siapa yang akan menjadi pemimpin Cianjur periode berikutnya, saat ini belum ketahuan. (Keterangan foto: para balonbup Cianjur, Tjetjep dan Dadang (atas), Ade Barkah (tengah), dan (bawah) Maskana dan Hidayat Makbul)

2 komentar:

orang kampung mengatakan...

siapapun calon bupatinya, semoga pilkadanya nanti berjalan lancar, aman dan kondusif

bolehngeblog mengatakan...

calon independennya banyak juga ya..

Posting Komentar